Jumat 07 Aug 2015,
Desa Blambangan, Muncar Banyuwangi - Musim kemarau yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya di Jawa Timur tidak melulu berdampak buruk bagi petani.
Semisal yang dialami oleh para petani di Banyuwangi. Memasuki musim kemarau tanam kedua, kelompok tani Sadar Lestari di Desa Blambangan, Muncar, Banyuwangi mengaku meraup berkah hingga 35 persen saat musim panen raya padi hibrida.
Ketua kelompok tani Sadar Lestari, Siswanto menjelaskan, total luasan yang berada di wilayahnya sekitar 83,65 hektar. Dari total luasan itu yang ditanami padi untuk program optimasi menuju swasembada pangan sekitar 20 hektar.
Menurut Siswanto, pada musim tanam padi sebelumnya hasil panen maksimal yang dihasilkan biasanya hanya berkisar 4,7 hingga 5,5 ton per hektar. Namun kali ini dengan penerapan tanam jajar legowo, hasil panen padi bisa meningkat dan mencapai 7,5 ton per hektar.
"Prediksi kami naik 20 persen ternyata melebihi, naiknya sekitar 35 persen," ujar Siswanto pada detikcom, Jumat (7/8/2015).
Meningkatkan hasil panen padi hibrida ini bukan tanpa kendala. Pasalnya, wilayahnya juga termasuk salah satu daerah yang rawan kekeringan. Debit air dari Dam Singir Blambangan yang menjadi sumber pengairan sawah juga dinilai sangat minim, hanya berkisar 6 ribu meter kubik.
Namun kendala itu bisa diatasi dengan optimalisasi pengairan yang diambil dari 20 sumur sawah yang dioperasionalkan dengan bantuan diesel dari Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dispertahutbun) Banyuwangi.
"Kita sempat ada kendala faktor air karena debit air di Dam Singir yang minim tapi kami siasati dengan ambil air di sumur sawah dengan bantuan diesel, alhamdulillah berhasil," tuturnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dispertahutbun Banyuwangi, Ikrori Hudanto menambahkan, optimasi di wilayah Muncar ini merupakan upaya khusus untuk percontohan peningkatan swasembada pangan. Hasil panen 7.5 ton/hektar yang dihasilkan ini juga dinilai melebihi produktivitas rata rata Jatim pada 2014 sebesar 5.9 ton/hektar. Upaya ini akan ditularkan meluas di seluruh Banyuwangi.
"Upaya ini dicanangkan meluas di seluruh Banyuwangi ini supaya Banyuwangi bisa mempertahankan wilayah penyangga lumbung pangan yang memberikan kontribusi bagi swasembada Jatim dan nasional," tuturnya.
Dan untuk antisipasi kebutuhan air pada musim tanam kedua, pihaknya meminta supaya para petani bisa beralih tanam ke palawija. Terutama daerah-daerah di Banyuwangi yang dinilai rawan kekeringan.
"Musim tanam kemarau tahap kedua diarahkan tanam palawija seperti jagung dan kedelai, alasannya karena untuk menghemat kebutuhan air. Terutama petani di Kecamatan Tegaldlimo, Cluring, Muncar, Pesanggaran, Siliragung dan Purwoharjo," pungkasnya.
(fat/fat)
Sumber : Detik.com
Desa Blambangan, Muncar Banyuwangi - Musim kemarau yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya di Jawa Timur tidak melulu berdampak buruk bagi petani.
Semisal yang dialami oleh para petani di Banyuwangi. Memasuki musim kemarau tanam kedua, kelompok tani Sadar Lestari di Desa Blambangan, Muncar, Banyuwangi mengaku meraup berkah hingga 35 persen saat musim panen raya padi hibrida.
Ketua kelompok tani Sadar Lestari, Siswanto menjelaskan, total luasan yang berada di wilayahnya sekitar 83,65 hektar. Dari total luasan itu yang ditanami padi untuk program optimasi menuju swasembada pangan sekitar 20 hektar.
Menurut Siswanto, pada musim tanam padi sebelumnya hasil panen maksimal yang dihasilkan biasanya hanya berkisar 4,7 hingga 5,5 ton per hektar. Namun kali ini dengan penerapan tanam jajar legowo, hasil panen padi bisa meningkat dan mencapai 7,5 ton per hektar.
"Prediksi kami naik 20 persen ternyata melebihi, naiknya sekitar 35 persen," ujar Siswanto pada detikcom, Jumat (7/8/2015).
Meningkatkan hasil panen padi hibrida ini bukan tanpa kendala. Pasalnya, wilayahnya juga termasuk salah satu daerah yang rawan kekeringan. Debit air dari Dam Singir Blambangan yang menjadi sumber pengairan sawah juga dinilai sangat minim, hanya berkisar 6 ribu meter kubik.
Namun kendala itu bisa diatasi dengan optimalisasi pengairan yang diambil dari 20 sumur sawah yang dioperasionalkan dengan bantuan diesel dari Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dispertahutbun) Banyuwangi.
"Kita sempat ada kendala faktor air karena debit air di Dam Singir yang minim tapi kami siasati dengan ambil air di sumur sawah dengan bantuan diesel, alhamdulillah berhasil," tuturnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dispertahutbun Banyuwangi, Ikrori Hudanto menambahkan, optimasi di wilayah Muncar ini merupakan upaya khusus untuk percontohan peningkatan swasembada pangan. Hasil panen 7.5 ton/hektar yang dihasilkan ini juga dinilai melebihi produktivitas rata rata Jatim pada 2014 sebesar 5.9 ton/hektar. Upaya ini akan ditularkan meluas di seluruh Banyuwangi.
"Upaya ini dicanangkan meluas di seluruh Banyuwangi ini supaya Banyuwangi bisa mempertahankan wilayah penyangga lumbung pangan yang memberikan kontribusi bagi swasembada Jatim dan nasional," tuturnya.
Dan untuk antisipasi kebutuhan air pada musim tanam kedua, pihaknya meminta supaya para petani bisa beralih tanam ke palawija. Terutama daerah-daerah di Banyuwangi yang dinilai rawan kekeringan.
"Musim tanam kemarau tahap kedua diarahkan tanam palawija seperti jagung dan kedelai, alasannya karena untuk menghemat kebutuhan air. Terutama petani di Kecamatan Tegaldlimo, Cluring, Muncar, Pesanggaran, Siliragung dan Purwoharjo," pungkasnya.
(fat/fat)
Sumber : Detik.com